Thursday, October 22, 2009

Ga kerasa udah 3 bulan kuliah and i'd like to share a short story of mine. 3 bulan yang lalu saat status saya sudah jelas akan kuliah dimana, banyak yang mempertanyakan pilihan saya misalnya ada yang bilang "ngapain di ____ ?" "lo nyasar di ___?" " kenapa ga ke ___ atau ___, yang lain aja kali!" well dalam menghadapi pertanyaan itu jujur saya merasa sangat tersudutkan sampai-sampai saya sendiri udah ga mood untuk ngejelasin duduk perkaranya dan alhasil hanya menjawab dengan cengiran kesal. Tapi kali ini saya mau share semuanyaa. Kenapa saya kuliah di WIDYATAMA (proud to mention it now) karena saya ga keterima di ITB (jujur) dan ga mengikuti tes SMUP UNPAD karena dilanda penyakit pada saat tes dilaksanakan. Loh terus kenapa ga UNPAR or MARANATHA? my answer is simply = against my belief, jadi all clear ya? masalahnya saya sudah membaktikan diri dan berharap dapat terus meningkatkan kerohanian tapi apa jadinya kalau saya menuntut ilmu di institusi yang sudah berkali-kali tidak dianjurkan di setiap kebaktian (walaupun itu masalah hati nurani, for me its a serious thing - yang abu-abu itu resikonya lebih tinggi) apalagi kalau udah masalah sandung menyandung rekan seiman, saya sudah tidak mau ikut campur tangan. Nah, sampailah saya pada masa dimana saya benar benar bingung menentukan pilihan antara ITENAS dan WIDYATAMA, kalau di ITENAS saya tetap mau ambil desain, kalo di WIDYATAMA saya mau ambil manajemen. Seminggu pusing memikirkan dan terus berdoa akhirnya saya menemukan jawaban yaitu WIDYATAMA, kenapa? karena saya merasa desain prospeknya sempit terus kerjanya lebih banyak freelance dan saya tipe orang yg mau kepastian dalam menerima pemasukan per bulan. Kakak saya pun lulusan WIDYATAMA dan saat saya menanyakan pendapatnya, dia pun mendukung keputusan saya. Yasudahlah saya langsung daftar - tes- keterima- daftar ulang- ospek- kuliah deh. Saya puas sekali karena ternyata doa saya terjawab, jadwal kuliah saya sangat memungkinkan untuk meluangkan lebih banyak waktu dalam dinas, terharu dan tersentuh akan segala berkat yang Yehuwa berikan. Walaupun tidak sesuai keinginan (i never thought about enrolling to Widyatama before) tapi memuaskan hati saya. Saya tidak peduli apa kata orang yang penting saya sebisa mungkin mengikuti pengaturan yang dibuat oleh organisasi. Sebenarnya sempat terpikir untuk menganggur selama 1 tahun dan merintis lalu mencoba kembali pada tahun berikutnya tapi setelah berdoa dan tanya sana-sini saya menyimpulkan "merintis pilihan terbaik dalam hidup, tapi harus dengan motif yang benar baru dapat menghasilkan sukacita" laaah orang motif saya adalah untuk mengisi waktu selama menganggur 1 tahun (jujur bangett ya? hehehe) pasti yang ada merintis menjadi kewajiban. Memang sulit di Bandung ini untuk melanjutkan pendidikan ke institusi swasta yang tidak berada di bawah naungan Babel Besar. Tapi tidak ada penyesalan dan kegelisahan dalam hidup saya merupakan berkat terbesar dari Yehuwa. Sekarang saya bisa tenang dan fokus untuk melayani.